Saturday 27th April 2024

Mgr Gabriel Manek SVD: Yesus Kristus Merupakan Sosok Kasih Yang Paling Agung

Tidak saja sepanjang jalan kehidupan di diaspora New Mexico of Amerika, melainkan seluruh kehidupan Uskup Orang Miskin Mgr Manek selalu disulam seturut ‘jejak Yesus sang Guru’, yang Dialah ‘sosok Kasih yang Paling Agung’. Akar kekuatan paling dasyat dari Uskup Agung Emeritus Gabriel Manek ada pada ‘perspektif hidupnya sendiri’ yang dianyam oleh Tuhan sendiri dalam berbagai kisah dan peristiwa.

Karena itulah, Mgr Manek taat secara total pada Kehendak Kasih Yang Paling Agung, yang dirayakan setiap hari dalam Perjamuan Tuhan, Perayaan Ekaristi, Misa Kudus.

Kukutip sebuah tulisanku 19 April 2007 yang dimuat Pos Kupang. Judul tulisan 15 tahun lalu itu “Mgr Gabriel Manek SVD: Sang Peziarah, Setitik Harapan di Balik Kehidupannya”. Secara lengkap, renungan 19 April 2022 nanti akan memuat formulasi dan refleksi baru dari tulisan itu. Berikut satu dua kutipan dari tulisan tersebut!

Kata para sahabat di New Mexico setelah Uskup Manek wafat 1989: “ Terima kasih kepada Tuhan yang memperkenankan kami mengenal Anda walau hanya dalam waktu yang singkat…”. Yang lain, “….Kami sungguh yakin, kami telah bertemu dengan seorang kudus yang masih hidup…” “…Kami telah menerima banyak berkat, dan kami dibawa lebih dekat pada Tuhan…”.

Intan, walau dihimpit lumpur dan kotoran, akan selalu dengan cepat dikenal, dan reaksi spontan akan segera menyusul: orang berusaha mencarinya.

Apa yang dilakukan Mgr Manek selama hidup, selalu tertuju pada cita-cita berikut ‘agar semua orang yang dijumpainya’ dapat mengenal dengan mudah dan pasti ‘Kasih Lestari yang paling agung’. Kata kunci karya pelayanan Mgr Manek selalu bersumber pada kata-kata Yesus di meja perjamuan bersama para murid: “,,, Ambillah dan makanlah hai kamu semua….. Ambillah dan minumlah hai kamu semua….”.

Apa yang diberi Tuhan, adalah ‘tubuh’ dan ‘darahNya’ yang kudus karena KasihNya yang agung; karena KasihNya yang lestari; karena KasihNya yang tidak terbagi; karena KasihNya yang utuh untuk ‘menyelamatkan semua manusia. KasihNya membaharui sejarah kehidupan yang ‘compang camping’ menjadi lebih ‘bermartabat’ dan berkenan di Hadirat Allah yang kudus!. Ia memberi diri, agar ‘roti’ dan ‘anggur’ kehidupan kita menjadi lebih bermakna! Ia memberi diri, agar manusia yang percaya mampu berbagi dengan sesama; Ia memberi diriNya jadi santapan, agar kita mampu menyaksikan WajahNya yang ilahi! Ia memberi diriNya bagi kita, agar kita tidak menutup diri bagi orang lain. Ia memberi diriNya, agar kita menemukan kekuatan baru untuk melayani dengan ikhlas.

Uskup Via Dolorosa Mgr Manek selalu melihat ‘Ekaristi Kudus’ sebagai ‘sarapan kehidupan’,  yang tidak saja dirayakan untuk mengawali hari baru, melainkan untuk menimba kekuatan dan anugerah baru, yang justru darinya dapat meneguhkan hatiDengan demikian semua kegiatan di seluruh hari dapat menjadi sebuah ‘pembaruan kasih’ bagi sesama. Serentak inilah bukti proses ‘pemenuhan cinta’ kepada Tuhan dalam karya-karya pelayanan di antara sesama.

 

Itulah makna bagi Mgr Manek, Ekaristi harus menjadi suatu ‘peristiwa kehidupan’ yang selalu harus dirayakan untuk membaharui iman dan pengharapan; untuk membaharui komitmen dan konsistensi; untuk menyempurnakan karya pelayanan dari hati; karya pelayanan tanpa pamrih. Ekaristi adalah bekal bagi setiap orang yang ingin aktif melayani dengan tulus.

Ekaristi Kudus atau Perjamuan bersama Allah, adalah elan vital bagi kehidupan manusia. Mengapa? Kata Mgr Manek, di dalam Perjamuan Ekaristi, setiap orang harus berjuang untuk hadir di Hadirat Allah oleh karena mengalami kepenuhan Kasih Tuhan. Dengan cara demikian, maka pengalaman akan Wajah Allah dapat memberi perspektif baru untuk menyusun rencana baru dalam ‘melakukan karya-karya’ yang bermartabat, dan teristimewa pelayanan di antara sesama yang menderita.

Kata Uskup Orang Miskin ini lagi, hadir di Hadirat Allah hanya menjadi mungkin ketika setiap orang mengikuti ‘dengan konsisten’ jalan yang sama, saat dilakukan oleh Yesus sang Guru pada waktu ‘membasuh kaki para murid’. Maksudnya, cara ‘tunduk dan melakukan sesuatu yang bermakna bagi orang lain’ adalah pintu gerbang untuk mengalami Allah. Justru dorongan untuk selalu tampil beda dalam karya pelayanan di antara sesama, juga terbit dari pengalaman pribadi akan Wajah Allah yang kudus!

Editor:TangkalNews

Subscribe

Thanks for read our article for update information please subscriber our newslatter below

No Responses

Comments are closed.